
Irama Jiwa – Di era serba digital saat ini, penggunaan gadget telah menjadi bagian yang hampir tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Sejak usia dini, banyak anak terbiasa menonton video, bermain game, dan menghabiskan waktu di depan layar. Meski memberikan hiburan instan, penggunaan gadget secara berlebihan mulai menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua. Banyak penelitian menunjukkan bahwa paparan layar yang terlalu lama dapat memengaruhi kemampuan bicara, konsentrasi, perkembangan motorik, serta kreativitas anak.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2023 di jurnal Cureus berjudul “Effects of Excessive Screen Time on Child Development: An Updated Review and Strategies for Management” menjelaskan bahwa durasi screen time yang tinggi berdampak negatif terhadap perkembangan bahasa, motorik, kognitif, interaksi sosial, dan kreativitas anak. Hal ini memperkuat pentingnya memberi anak kesempatan untuk belajar dan bereksplorasi melalui aktivitas langsung yang merangsang imajinasi dan kreativitas anak. Psikolog anak dan keluarga, Saskhya Aulia Prima, M.Psi., menegaskan bahwa aktivitas bermain tanpa layar tidak hanya memperkuat keterampilan motorik halus, tetapi juga membantu anak menumbuhkan imajinasi serta membangun kedekatan emosional dengan keluarga. Ia menekankan pentingnya rutinitas bermain berkualitas agar anak dapat menikmati kegiatan yang edukatif tanpa bergantung pada layar.
Salah satu bentuk permainan tanpa layar yang tetap populer dari generasi ke generasi adalah bermain lilin mainan. Aktivitas ini mengandalkan gerakan tangan seperti menekan, menggulung, membentuk, dan mencubit, yang dapat membantu melatih koordinasi serta kekuatan otot kecil anak. Selain mengasah kemampuan motorik halus, bermain lilin juga memberikan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan kreativitasnya secara bebas.
Menurut Saskhya, bermain lilin termasuk dalam kategori hands-on play, yaitu aktivitas yang mendorong anak belajar dari pengalaman langsung. Melalui kegiatan ini, anak tidak hanya mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi juga belajar memecahkan masalah dan meningkatkan fokus. Mereka dapat berimajinasi membuat berbagai bentuk sesuai keinginan, mulai dari hewan, benda sehari-hari, hingga makanan favorit. Aktivitas semacam ini memberi ruang eksplorasi yang sehat dan membantu anak belajar memahami sebab-akibat secara alami, hal yang sulit didapat dari permainan digital.
Baca Juga : Menelusuri Kekuatan Rohani dalam Doa 3 Salam Maria Suci
Bermain lilin bukan sekadar kegiatan menyenangkan, tetapi juga membawa manfaat besar bagi tumbuh kembang anak. Dari aspek motorik, bermain lilin melatih otot tangan melalui gerakan mencubit, menarik, dan memotong. Aktivitas ini membantu anak mempersiapkan kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk menulis, menggambar, dan melakukan kegiatan mandiri lainnya.
Dari sisi kognitif, permainan lilin merangsang kemampuan berpikir logis dan kreatif. Saat membentuk sesuatu, anak belajar mengamati, membandingkan, serta mencari cara terbaik untuk mewujudkan imajinasinya. Proses ini memperkuat kemampuan pemecahan masalah dan meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu, aspek sosial dan emosional juga turut berkembang ketika anak bermain bersama teman atau orang tua. Mereka belajar berkomunikasi, bekerja sama, serta mengekspresikan emosi melalui karya yang dibuat. Interaksi sederhana selama bermain dapat memperkuat hubungan dan menciptakan momen kebersamaan yang bermakna.
Di Indonesia, permainan masak-masakan menjadi salah satu bentuk permainan tradisional yang tetap digemari anak-anak hingga kini. Aktivitas ini memberikan kesempatan bagi anak untuk meniru kegiatan orang tua di dapur dengan cara yang aman dan menyenangkan. Ketika permainan ini dipadukan dengan lilin mainan, anak dapat berimajinasi membuat berbagai menu makanan seperti kue, mie, atau nasi goreng sesuai imajinasi mereka.
Beberapa merek mainan seperti Play-Doh bahkan menghadirkan playset bertema lokal seperti Jajanan Anak Indonesia, yang terinspirasi dari camilan khas nusantara seperti cilok, telur gulung, dan es cendol. Konsep ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkenalkan anak pada kekayaan kuliner dan budaya Indonesia sejak dini. Dengan bermain masak-masakan, anak dapat belajar mengenal warna, bentuk, serta tekstur sambil mengembangkan kemampuan bercerita melalui permainan peran.
Aktivitas ini juga memiliki manfaat sosial yang besar karena mendorong anak untuk berinteraksi dan bekerja sama. Mereka dapat berperan sebagai koki, pelanggan, atau anggota keluarga yang sedang makan bersama, sehingga permainan menjadi sarana latihan empati dan komunikasi. Selain itu, permainan masak-masakan mengajarkan nilai-nilai sederhana seperti berbagi dan menghargai proses, dua hal penting dalam pembentukan karakter anak.
Di tengah meningkatnya ketergantungan pada gadget, permainan lilin dan masak-masakan menjadi solusi sederhana namun efektif untuk mengembangkan kreativitas anak. Keduanya membantu anak menjelajahi dunia nyata melalui sentuhan, warna, dan imajinasi tanpa harus terpapar layar digital. Selain itu, mainan lilin modern kini dirancang aman untuk anak karena terbuat dari bahan non-toksik dan mudah dibersihkan, sehingga orang tua tidak perlu khawatir.
Saskhya Aulia Prima menegaskan bahwa keseimbangan antara teknologi dan aktivitas langsung merupakan kunci tumbuh kembang anak yang sehat. Orang tua perlu mengatur waktu layar sekaligus menciptakan momen bermain nyata yang dapat mempererat hubungan emosional keluarga. Melalui kegiatan sederhana seperti bermain lilin dan masak-masakan, anak tidak hanya berkreasi dan belajar, tetapi juga membangun kenangan berharga bersama orang tua yang akan mereka ingat sepanjang masa.
Simak Juga : Starbucks Hadirkan “More Than Worth” Berupa Liburan ke Tokyo