Irama Jiwa – Putus cinta sering kali meninggalkan luka yang tidak hanya terasa di hati, tetapi juga berdampak pada kondisi tubuh dan pikiran. Banyak orang yang baru saja berpisah dari pasangan mengaku merasakan kelelahan, sulit berkonsentrasi, hingga emosi yang naik turun. Hal ini ternyata bukan sekadar perasaan berlebihan, melainkan reaksi alami dari otak ketika mengalami kehilangan.
Neurosaintis Nicole Vignola menjelaskan bahwa patah hati dapat mengacaukan zat kimia dalam otak yang bertugas mengatur suasana hati. Kondisi inilah yang membuat seseorang kerap merasa terseret dalam arus kesedihan, putus asa, bahkan melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan, seperti terus membaca ulang pesan lama atau mencari jejak mantan di media sosial.
Fenomena ini menunjukkan bahwa secara neurologis, putus cinta adalah guncangan besar bagi sistem emosi manusia. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa rasa sakit emosional akibat patah hati bisa memicu reaksi yang mirip dengan rasa sakit fisik. Karena itu, memahami cara kerja otak setelah kehilangan pasangan menjadi langkah penting untuk bisa pulih dan move on lebih cepat.
Di balik perasaan sedih yang muncul, ada kerja hormon yang ikut memengaruhi. Vignola menuturkan bahwa dalam hubungan yang stabil, otak menjaga keseimbangan antara dopamin dan serotonin. Dopamin memberikan semangat, antisipasi, serta motivasi, sementara serotonin menjaga ketenangan, mengurangi kecemasan, dan menciptakan rasa aman.
Namun, ketika hubungan berakhir, keseimbangan ini terganggu. Otak merespons kehilangan sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup, sehingga dopamin bisa melonjak tiba-tiba, sementara serotonin menurun. Kondisi inilah yang membuat seseorang merasakan dorongan kuat untuk mencari “kepuasan sesaat” dengan mengintip akun mantan, membaca pesan lama, atau menganalisis kembali interaksi terakhir. Reaksi ini sebenarnya adalah cara otak yang masih berusaha mempertahankan ikatan, meski hubungan telah berakhir.
Di sisi lain, meskipun dopamin sering disebut sebagai hormon bahagia, lonjakan mendadaknya justru membuat seseorang sulit mengendalikan emosi. Perubahan inilah yang menjelaskan mengapa orang yang baru putus cinta merasa emosinya tidak stabil, mudah marah, atau bahkan mati rasa.
Baca Juga : Kevin Ardilova Memulai Tantangan di Dunia Film Komedi Romantis
Salah satu langkah penting untuk menenangkan pikiran adalah menghentikan kebiasaan yang memicu pelepasan dopamin berlebihan. Kebiasaan seperti memeriksa media sosial mantan, menyimpan foto lama, atau menghubungi mereka hanya akan memperkuat keterikatan emosional yang seharusnya dilepaskan.
Detoks dopamin dapat dilakukan dengan cara sederhana, misalnya memblokir atau membisukan akun mantan, menghapus percakapan lama, dan berhenti mencari tahu kehidupan mereka. Mengalihkan energi ke aktivitas baru seperti olahraga, berkebun, atau menekuni hobi dapat membantu otak menemukan target yang lebih sehat. Dengan begitu, tubuh tidak terus-menerus terjebak dalam siklus candu emosional yang melelahkan.
Selain menghentikan kebiasaan yang memperkuat dopamin, langkah lain adalah menumbuhkan serotonin. Hormon ini dapat membantu menjaga kestabilan emosi serta mengembalikan rasa percaya diri yang mungkin terguncang akibat putus cinta.
Ada banyak cara untuk meningkatkan serotonin secara alami. Aktivitas kecil seperti menyelesaikan bacaan, mencapai target olahraga, atau sekadar menghabiskan waktu di bawah sinar matahari dapat memberi dampak positif. Makanan yang kaya triptofan, seperti kacang-kacangan, telur, dan kalkun, juga mendukung pembentukan serotonin di otak. Dengan memperhatikan pola hidup sehat, suasana hati perlahan bisa kembali stabil.
Ketika pikiran terasa kacau, sistem saraf membutuhkan rangsangan positif agar tidak terus terjebak dalam pusaran stres. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menulis jurnal. Dengan menuliskan perasaan, otak bagian prefrontal akan lebih aktif, sehingga siklus pikiran obsesif dapat diputus.
Meditasi dan latihan pernapasan juga bisa membantu menurunkan hiperaktivitas amigdala, bagian otak yang berperan dalam respon emosi. Aktivitas sederhana ini tidak hanya mengurangi ketegangan, tetapi juga memberi ruang bagi tubuh untuk merasa lebih tenang. Semakin sering melatih ketenangan, semakin mudah pula otak mengatur ulang pola pikir yang sehat.
Putus cinta sering kali membuat seseorang merasa kesepian atau kehilangan rasa aman. Untuk meredakan kondisi ini, meningkatkan hormon oksitosin bisa menjadi solusi. Oksitosin dikenal sebagai hormon cinta atau hormon keterikatan yang dapat menghadirkan rasa nyaman.
Cara meningkatkan oksitosin tidak selalu berkaitan dengan hubungan romantis. Pelukan hangat dari orang terdekat, pijatan, atau interaksi dengan hewan peliharaan mampu membantu otak melepaskan hormon ini. Selain itu, membangun hubungan sosial baru, baik melalui pertemanan maupun komunitas, juga bisa menciptakan ikatan segar yang menumbuhkan perasaan aman.
Dengan langkah-langkah sederhana ini, otak dapat dilatih untuk beradaptasi terhadap kehilangan. Patah hati memang menyakitkan, namun melalui pemahaman tentang bagaimana otak bekerja, seseorang bisa lebih cepat bangkit, pulih, dan melanjutkan hidup dengan pikiran serta hati yang lebih kuat.
Simak Juga : Kontrasepsi Sebagai Investasi Sosial dan Kesehatan Masyarakat