Irama Jiwa – Meningkatkan literasi masyarakat tidak hanya sebatas membaca dan menulis, tetapi juga bagaimana kemampuan itu dapat menjadi bekal penting dalam kehidupan sehari-hari. Desa Patengan, yang berada di Kecamatan Rancabali, Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini menjadi tuan rumah sebuah pelatihan storytelling anak. Kegiatan ini dirancang untuk memperkuat minat baca warga sekaligus memberikan bekal keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan pendidikan di tingkat dasar.
Sebanyak lima ibu rumah tangga dari 13 RW di Desa Patengan berpartisipasi dalam pelatihan storytelling anak tersebut. Kehadiran mereka melambangkan keterlibatan aktif masyarakat dalam gerakan literasi yang berkelanjutan. Kepala Desa Patengan, Asep Kurniadi, menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga upaya membangun fondasi sosial dan psikologis masyarakat desa. Menurutnya, semangat literasi mampu menghadirkan dampak nyata bagi kesejahteraan warganya.
Pemilihan Desa Patengan sebagai lokasi kegiatan bukan tanpa alasan. Desa ini dikenal memiliki potensi besar sebagai desa wisata berkelanjutan. Lanskap alamnya yang menawan mulai dari ketenangan Situ Patengan, hijaunya hamparan kebun teh, hingga kesejukan udara pegunungan Rancabali, menjadi daya tarik wisata yang potensial. Potensi tersebut semakin kuat jika dipadukan dengan kreativitas warga yang terampil mengelola berbagai kegiatan berbasis edukasi dan budaya.
Pelatihan bercerita yang berlangsung pada 12–13 September 2025 itu menjadi wujud nyata sinergi antara dunia akademik dan masyarakat. Desa wisata tidak hanya dibangun dari sisi keindahan alam semata, tetapi juga dari penguatan sumber daya manusia. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjadi penonton dalam geliat pariwisata, melainkan juga aktor utama dalam membangun identitas desa yang berdaya saing.
Baca Juga : Cara Ampuh Pulihkan Hati dan Pikiran Setelah Putus Cinta
Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan teori bercerita, tetapi juga praktik langsung dengan berbagai media kreatif. Para peserta diperkenalkan dengan sejumlah alat yang dapat membuat cerita menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak. Beberapa media yang digunakan antara lain:
Penggunaan media-media tersebut bertujuan untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan bagi anak-anak. Dengan begitu, cerita tidak hanya didengar tetapi juga dirasakan melalui interaksi visual, kinestetik, dan musikal.
Pelatihan bercerita di Desa Patengan merupakan hasil kolaborasi antaruniversitas. Dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Katolik Atma Jaya, Sri Hapsari Wijayanti, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah menumbuhkan minat baca anak-anak melalui lembaga pendidikan dasar seperti PAUD, TK, SD, serta posyandu. Menurutnya, teknik bercerita yang hidup dan menyenangkan akan membangkitkan imajinasi anak serta mendorong mereka untuk mencintai buku sejak dini.
Kolaborasi ini bukan hanya melibatkan satu kampus, tetapi setidaknya 150 dosen dari 67 perguruan tinggi di seluruh Indonesia hadir dan berkontribusi. Universitas Persada Indonesia Y.A.I. menjadi penggagas utama program ini sejak 2019 dan secara rutin menyelenggarakannya setiap tahun. Tujuan besarnya adalah membangun jejaring akademisi dengan masyarakat desa sehingga proses pengabdian tidak terhenti pada satu kegiatan, tetapi berlanjut dalam bentuk pendampingan jangka panjang.
Kegiatan pelatihan bercerita tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi anak-anak, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri pada para ibu rumah tangga yang menjadi peserta. Mereka kini memiliki bekal untuk mendampingi anak-anak di lingkungan sekitar dengan cara yang lebih kreatif dan menyenangkan. Seorang bunda literasi dari RW 04, Herna, menyebutkan bahwa kegiatan semacam ini baru pertama kali hadir di desanya dan terbukti sangat bermanfaat.
Selain memperkuat literasi, kegiatan ini juga memperkaya nilai sosial dan kultural warga. Kolaborasi dengan akademisi memberikan kesempatan bagi masyarakat desa untuk terlibat aktif dalam pengembangan ilmu dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat tumbuh dari ruang-ruang sederhana ketika ada semangat berbagi dan gotong royong.
Desa Patengan memberikan pelajaran penting bahwa pengembangan wisata berkelanjutan tidak hanya berfokus pada pesona alam, melainkan juga pada pemberdayaan masyarakatnya. Melalui pelatihan bercerita, warga desa memperoleh keterampilan baru yang dapat digunakan dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pariwisata. Dengan demikian, desa wisata tidak hanya menjadi destinasi rekreasi, tetapi juga pusat pembelajaran berbasis komunitas.
Kolaborasi yang terjadi menunjukkan bahwa pengabdian kepada masyarakat bukan sekadar transfer ilmu, melainkan membangun hubungan jangka panjang yang saling menguatkan. Desa Patengan kini menjadi contoh bagaimana literasi dan wisata dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni antara pendidikan, budaya, dan alam.
Simak Juga : Tempat Wisata Semarang dengan Kuliner Enak di Bawen