
Irama Jiwa – Banyak yang beranggapan bahwa laki-laki cenderung pelupa dan mudah lupa mulai dari hal kecil seperti menaruh kunci rumah hingga lupa tanggal penting seperti ulang tahun pasangan. Bahkan, ketika diajak berbicara serius atau mendengarkan curhatan, mereka sering kali mudah lupa dan tidak mengingat detailnya. Ternyata, anggapan ini bukan sekadar stereotip sosial, melainkan memiliki dasar ilmiah yang dibuktikan oleh penelitian medis.
Menurut laporan Medical News Today yang diterbitkan pada Selasa, 4 November 2025. Sebuah penelitian berskala besar menunjukkan bahwa laki-laki memang mudah lupa dibandingkan perempuan. Fakta ini berlaku tanpa memandang usia. Yang berarti kecenderungan mudah lupa pada laki-laki sudah ada sejak masa muda hingga lanjut usia.
Profesor Jostein Holmen dari Universitas Sains dan Teknologi Norwegia melakukan riset terhadap lebih dari 37.000 responden laki-laki dan perempuan berusia di atas 30 tahun untuk mengukur kemampuan memori mereka. Dalam penelitian tersebut, lebih dari separuh peserta melaporkan adanya masalah daya ingat. Namun, hasil yang menarik muncul ketika dibandingkan berdasarkan jenis kelamin: sekitar 1,6 persen laki-laki mengaku mengalami gangguan memori. Sedangkan pada perempuan hanya sekitar 1,2 persen.
Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun gangguan memori umum terjadi seiring bertambahnya usia, proporsinya lebih tinggi pada laki-laki. Bahkan, kecenderungan lupa pada laki-laki sudah bisa terlihat sejak usia muda. Profesor Holmen menyebutkan bahwa hal ini menjadi bukti awal bahwa perbedaan gender dapat memengaruhi kemampuan otak dalam mengingat informasi. Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami.
Salah satu hasil mengejutkan dari penelitian tersebut adalah temuan bahwa laki-laki berusia 30 tahun memiliki tingkat kemampuan memori yang setara dengan laki-laki berusia 60 tahun. Artinya, proses penurunan daya ingat pada pria bisa terjadi lebih cepat dibandingkan pada perempuan. Hal ini menandakan adanya perbedaan biologis dan fisiologis yang signifikan dalam fungsi otak antara kedua jenis kelamin.
Profesor Holmen menegaskan bahwa temuan ini merupakan hal baru yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa baik pria muda maupun pria tua memiliki tingkat pelupa yang hampir sama. Fenomena ini menjadi dasar untuk menelusuri lebih lanjut apakah faktor gaya hidup, hormon, atau kondisi kesehatan tertentu berperan dalam perbedaan tersebut.
Baca Juga : Alasan Otak Menyukai Musik dan Pengaruhnya pada Perasaan
Para peneliti menyoroti sejumlah faktor yang mungkin memengaruhi kemampuan memori laki-laki, di antaranya:
1. Risiko Penyakit Kardiovaskular
Laki-laki memiliki kecenderungan lebih tinggi terhadap tekanan darah tinggi, kolesterol. Serta indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar dibandingkan perempuan. Kondisi tersebut berhubungan erat dengan penurunan fungsi saraf otak. Karena sistem peredaran darah yang tidak optimal dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang pada akhirnya berdampak pada daya ingat.
2. Pengaruh Hormon dan Stres
Hormon testosteron diketahui berperan dalam berbagai fungsi kognitif, termasuk memori. Penurunan kadar hormon ini, baik karena usia maupun gaya hidup, bisa memengaruhi kemampuan otak dalam menyimpan dan mengingat informasi. Selain itu, tingkat stres yang tinggi juga dapat mengganggu fungsi memori jangka pendek. Serta laki-laki sering kali memiliki cara berbeda dalam mengelola stres dibandingkan perempuan.
3. Gaya Hidup dan Pola Tidur
Kebiasaan tidur yang kurang, konsumsi alkohol, serta paparan stres pekerjaan yang berlebihan juga berkontribusi terhadap penurunan daya ingat. Pola hidup ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki, terutama di usia produktif, sehingga berdampak langsung pada performa kognitif mereka.
Meski dianggap pelupa, ternyata hal ini justru membuat laki-laki lebih nyaman diajak curhat. Para ahli berpendapat bahwa karena mereka tidak terlalu mengingat detail emosional dari setiap percakapan, laki-laki cenderung lebih netral dan tidak mudah menghakimi. Hal ini membuat lawan bicara, terutama perempuan, merasa lebih aman untuk berbagi cerita tanpa takut diingat secara mendalam atau dijadikan bahan pembicaraan kembali.
Selain itu, karakter laki-laki yang lebih rasional dan tidak terlalu fokus pada detail kecil memungkinkan mereka mendengarkan dengan cara yang lebih tenang. Meskipun terkadang mereka tidak mengingat seluruh isi curhatan, sikap tenang ini membuat suasana percakapan terasa lebih ringan dan tidak emosional.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Holmen berencana untuk melanjutkan penelitian ini guna menemukan hubungan antara gangguan memori pada laki-laki dan risiko demensia di masa depan. Beberapa studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa keluhan memori subjektif bisa menjadi tanda awal gangguan kognitif ringan, yang kemudian berkembang menjadi demensia.
Rencana penelitian berikutnya akan dilakukan pada populasi yang lebih luas dan beragam untuk memastikan apakah temuan tersebut konsisten di berbagai latar belakang sosial dan budaya. Peneliti juga ingin mengungkap seberapa besar pengaruh gaya hidup, kesehatan jantung, dan faktor hormonal terhadap penurunan memori pria. Dengan studi lanjutan ini, diharapkan bisa ditemukan strategi pencegahan yang lebih efektif agar laki-laki dapat menjaga fungsi kognitif mereka lebih lama.
Simak Juga : Fashion Model Gamis Abaya Bordir 2025 yang Elegan dan Stylish