
Irama Jiwa – Gastroesophageal Reflux Disease atau GERD seringkali dianggap membutuhkan obat sebagai solusi utama. Namun, dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastro entero hepatologi, Dedy G. Sudrajat, menekankan bahwa fondasi penanganan GERD justru bisa dimulai tanpa obat. Perubahan gaya hidup yang konsisten menjadi kunci utama dalam mencegah gejala kambuh dan menjaga kesehatan saluran pencernaan.
Perubahan sederhana dalam aktivitas sehari-hari dapat memberikan efek signifikan. Langkah-langkah ini melibatkan perhatian terhadap jenis makanan yang dikonsumsi, cara makan, hingga kebiasaan tidur. Kesadaran terhadap respons tubuh terhadap makanan tertentu sangat penting untuk menyesuaikan pola hidup yang aman dan nyaman bagi penderita GERD.
Beberapa jenis makanan dan minuman diketahui meningkatkan risiko kambuhnya GERD. Makanan berlemak tinggi, masakan pedas, bawang putih dalam jumlah besar, kopi, minuman beralkohol, dan soda termasuk kategori yang umum menjadi pemicu. Meski demikian, sensitivitas tiap individu berbeda-beda.
Ada orang yang masih bisa mengonsumsi kopi dalam jumlah kecil tanpa susu, sementara sebagian lain lebih sensitif terhadap santan atau pedas. Penting untuk mengenali batas toleransi tubuh agar gejala asam lambung dapat dikendalikan dengan lebih efektif. Kesadaran terhadap reaksi tubuh terhadap makanan menjadi strategi utama dalam mencegah kambuhnya GERD.
Selain jenis makanan, cara makan juga memengaruhi kondisi lambung. Pada pasien yang mengalami obesitas, penurunan berat badan terbukti mampu mengurangi frekuensi dan intensitas gejala GERD. Bagi sebagian orang, makan dalam porsi kecil tapi sering dapat lebih nyaman, sedangkan bagi yang lain, puasa atau jeda makan yang lebih panjang justru membantu meredakan gejala.
Contohnya, pasien Muslim sering melaporkan gejala GERD membaik saat menjalani puasa Ramadan. Namun, penting untuk tetap memperhatikan porsi saat berbuka, karena makan berlebihan atau mengonsumsi makanan berlemak tinggi dapat memicu kambuhnya gejala. Penyesuaian waktu makan dan komposisi menu menjadi langkah penting dalam manajemen GERD sehari-hari.
Baca Juga : Spotify Rilis Fitur Lacak Konser Berdasarkan Genre Musik
Mengonsumsi makanan terlalu cepat bisa membebani lambung dan memicu naiknya asam lambung. Mengunyah makanan dengan perlahan membantu proses pencernaan lebih efisien dan mengurangi tekanan pada lambung. Tekanan berlebih pada lambung dapat melemahkan klep yang mencegah asam lambung naik ke kerongkongan.
Selain itu, menghindari kondisi sangat kenyang juga penting. Lambung yang terlalu penuh meningkatkan risiko refluks, sehingga menjaga porsi makan yang wajar menjadi bagian dari strategi pencegahan kambuhnya GERD.
Waktu yang cukup antara makan dan tidur memegang peran penting dalam mengurangi gejala GERD. Tubuh membutuhkan waktu untuk mencerna makanan sebelum berbaring. Dedy menyarankan menunggu sekitar tiga jam setelah makan sebelum tidur.
Langkah sederhana ini dapat mencegah naiknya asam lambung di malam hari yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman di dada dan tenggorokan. Pola ini menjadi strategi efektif untuk menekan gejala tanpa harus bergantung sepenuhnya pada obat-obatan.
Merokok memiliki risiko memicu GERD karena asap yang tertelan dapat merusak lapisan pelindung kerongkongan dan mengurangi produksi air liur. Padahal, air liur berfungsi menetralkan asam lambung. Oleh karena itu, berhenti merokok menjadi langkah penting bagi mereka yang ingin mengendalikan gejala.
Selain itu, kondisi kehamilan juga dapat meningkatkan risiko GERD. Wanita yang memiliki riwayat gejala selama kehamilan sebelumnya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan yang tepat. Kesadaran terhadap faktor-faktor risiko ini membantu mencegah kambuhnya gejala dan menjaga kualitas hidup selama masa kehamilan.
Saat rasa tidak nyaman muncul di dada atau tenggorokan, panik justru dapat memperburuk kondisi. Dedy menyarankan untuk tetap tenang dan mengonsumsi air putih biasa untuk meredakan gejala. Menghindari minuman yang terlalu panas atau dingin juga disarankan agar lambung tidak teriritasi.
Menjaga ketenangan membantu tubuh merespons gejala dengan lebih baik. Strategi sederhana ini merupakan bagian dari pendekatan non-obat dalam mengelola GERD dan dapat diterapkan kapan saja gejala muncul.
Meski fokus utama penanganan adalah perubahan gaya hidup, obat lambung tetap diperlukan dalam beberapa kondisi tertentu. Terutama jika gejala sering muncul atau masih memerlukan pengawasan medis. Obat menjadi pendukung untuk memastikan gejala terkendali sementara perubahan gaya hidup diterapkan secara konsisten.
Dengan kombinasi strategi pengaturan pola makan, waktu istirahat, pengendalian stres, dan penggunaan obat bila perlu, penderita GERD dapat mengelola kondisi mereka lebih efektif tanpa terlalu bergantung pada terapi farmakologis.
Simak Juga : The Langham Fashion Soiree: Harmoni Modern Klasik