Irama Jiwa – Di tengah maraknya remaja yang lebih memilih bermain gim populer seperti Roblox atau Minecraft, Fitria Khasanah, siswi SMP Gajah Mada di Bandar Lampung berusia 14 tahun, menempuh jalur berbeda. Ia berhasil menarik perhatian publik dengan menciptakan gim edukatif bertema budaya Lampung berjudul Jelajah Lampung. Gim ini kini sudah tersedia di Playstore dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Fitria ingin melalui gim edukatif ini, generasi muda dapat mengenal budaya daerah dengan cara yang interaktif dan menyenangkan, bukan sekadar membaca atau menonton video.
Kecintaan Fitria terhadap dunia gim muncul dari hobinya bermain Mobile Legends, Roblox, hingga Valorant. Sang ayah, Ken Setiawan, menyadari potensi yang dimiliki putrinya bukan sekadar kesukaan bermain, tetapi juga rasa ingin tahu yang tinggi tentang proses pembuatan gim edukatif. Menurut Ken, Fitria memiliki ketertarikan mendalam pada dunia teknologi yang bisa dikembangkan menjadi karya yang bermanfaat. Untuk mendukung bakat ini, Ken mendorong Fitria mengikuti berbagai kursus, termasuk Coding Roblox, Desain 3D Blender, dan Game Engine Unity. Dalam waktu singkat, Fitria berhasil memadukan minat pada teknologi dengan kecintaan terhadap budaya lokal.
Jelajah Lampung bukan sekadar permainan petualangan biasa. Fitria merancang gim ini agar pemain dapat menjelajahi 15 kabupaten dan kota di Provinsi Lampung, mengenal ikon daerah seperti Siger Lampung dan berbagai destinasi wisata lokal. Gim ini dirancang agar anak-anak tidak hanya bermain, tetapi juga belajar memahami budaya dan nilai-nilai lokal.
Selain wisata dan ikon daerah, gim ini menyisipkan lima falsafah hidup masyarakat Lampung di setiap misinya. Falsafah tersebut antara lain: Nemui Nyimah yang mengajarkan keramahan dan kedermawanan, Piil Pesenggiri yang menekankan pentingnya menjaga harga diri, Nengah Nyappur yang menanamkan sikap terbuka dan toleran, Sakai Sambayan yang mengajarkan nilai gotong royong, dan Bejuluk Beadek yang menekankan pencapaian melalui kerja keras. Banyak pemain mengaku baru memahami filosofi kehidupan orang Lampung setelah mencoba gim ini, hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Fitria.
Baca Juga : Renungan Menggetarkan dan Hikmah dalam Buku Tangisan Langit
Peran keluarga sangat penting dalam perjalanan Fitria menciptakan Jelajah Lampung. Dorongan dari sang ayah tidak hanya berupa motivasi, tetapi juga panduan praktis dalam mengembangkan kemampuan teknis. Ken Setiawan menekankan pentingnya kombinasi antara minat pribadi dan pembelajaran terstruktur. Berkat bimbingan ini, Fitria mampu menguasai keterampilan desain 3D dan coding yang kompleks, sehingga hasil karyanya bukan hanya kreatif, tetapi juga teknis secara profesional.
Selain dukungan keluarga, Fitria juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan kursus yang mendukung kemampuannya. Hal ini membuktikan bahwa minat remaja dalam dunia teknologi bisa diarahkan menjadi sesuatu yang produktif dan bermanfaat, terutama bila digabungkan dengan nilai-nilai budaya lokal. Fitria sendiri menegaskan bahwa ide gimnya muncul dari saran sang ayah agar membuat permainan yang dapat mengenalkan falsafah dan potensi Lampung kepada anak-anak Indonesia.
Karya Fitria tidak hanya dinikmati oleh pemain gim, tetapi juga mendapat pengakuan formal. Ia tercatat meraih rekor dari Lembaga Prestasi Indonesia sebagai developer termuda dengan jumlah karya terbanyak. Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa usia muda bukan halangan untuk berinovasi dan berkarya secara signifikan.
Penghargaan dan apresiasi juga datang dari berbagai tokoh penting, termasuk Wakil Menteri Pendidikan, Fajar Riza Haq. Ia menilai gim Jelajah Lampung sebagai bentuk pembelajaran kreatif berbasis budaya yang efektif untuk generasi muda. Bahkan, rumah Fitria sempat dikunjungi Jenderal (Purn) A.M. Hendropriyono, tokoh intelijen nasional dan guru besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara, untuk melihat langsung karya yang dibuatnya. Pengakuan ini tidak hanya memberikan kebanggaan, tetapi juga memotivasi Fitria untuk terus berkarya dan mengembangkan kreativitasnya.
Keberhasilan Fitria Khasanah menunjukkan bahwa teknologi dapat dijadikan sarana untuk mengenalkan budaya daerah dengan cara modern. Melalui gim edukatifnya, anak-anak Indonesia dapat belajar sambil bermain, memahami nilai-nilai lokal, serta mengeksplorasi potensi setiap daerah di Indonesia. Dengan inovasi seperti ini, generasi muda tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga kreator yang mampu mengangkat budaya nasional melalui media interaktif.
Fitria membuktikan bahwa kreativitas dan ketekunan bisa menghasilkan karya yang bermanfaat, mendidik, dan menghibur sekaligus. Perpaduan antara minat teknologi, dukungan keluarga, serta kecintaan terhadap budaya lokal telah menghasilkan sebuah gim edukatif yang memberikan pengalaman belajar berbeda bagi anak-anak Indonesia, sekaligus menginspirasi banyak remaja lain untuk mengembangkan bakat mereka.
Simak Juga : Ragam Destinasi Wisata Dalam dan Luar Negeri untuk Liburan