Irama Jiwa – Perdebatan mengenai royalti musik di Indonesia semakin memanas setelah muncul perbedaan sikap antara sejumlah musisi ternama, termasuk Slank. Dua kubu yang belakangan sering dibicarakan publik adalah AKSI yang digawangi Ahmad Dhani dan VISI yang didukung Once Mekel. Kedua pihak sama-sama membawa misi untuk memperbaiki tata kelola royalti musik yang selama ini dianggap masih menyisakan banyak masalah.
Meski isu ini ramai diperbincangkan, grup band legendaris Slank memilih untuk tidak ikut dalam salah satu kubu. Drumer Slank, Bimbim, menegaskan bahwa pihaknya tidak tertarik untuk bergabung ataupun menunjukkan keberpihakan. Menurutnya, langkah yang dilakukan Dhani maupun Once sama-sama lahir dari niat baik, sehingga biarlah proses berjalan hingga menghasilkan solusi yang terbaik bagi industri musik nasional.
Dalam keterangan kepada media, Bimbim menuturkan bahwa banyak pihak menanyakan alasan Slank tidak mendukung salah satu kubu. Beberapa bahkan secara terang-terangan bertanya mengapa mereka tidak berada di pihak Ahmad Dhani maupun Once Mekel. Menjawab hal tersebut, Bimbim menegaskan bahwa Slank lebih memilih untuk bersikap netral.
Menurutnya, kedua kubu sama-sama memiliki tujuan mulia, yakni memperjuangkan hak musisi dan membenahi sistem distribusi royalti yang selama ini kerap menimbulkan polemik. Ia memandang perbedaan strategi atau pendekatan bukanlah alasan untuk menilai salah satu pihak lebih unggul. Yang terpenting adalah adanya komitmen untuk membangun iklim musik Indonesia yang lebih sehat dan profesional.
Beberapa poin yang disorot Bimbim dalam pernyataannya antara lain:
Baca Juga : Rahasia Mimpi Indah: Tips Tidur Nyenyak & Bahagia Setiap Malam
Slank memiliki pertimbangan tersendiri mengapa tidak mau ikut campur secara langsung dalam perdebatan ini. Bimbim menegaskan bahwa bagi mereka, uang royalti bukanlah sumber utama penghasilan. Selama puluhan tahun berkarier, Slank lebih banyak menggantungkan pendapatan dari konser, penjualan merchandise, serta aktivitas lain yang jauh lebih signifikan dibandingkan royalti lagu.
Ia bahkan menyebut royalti yang diterima Slank hanya dianggap sebagai uang tambahan semata. Dengan nada santai, Bimbim menggambarkannya sebagai “uang jajan” yang jumlahnya tidak seberapa bila dibandingkan dengan penghasilan utama mereka. Karena alasan itu pula, ia merasa tidak ada urgensi bagi Slank untuk ikut bersaing memperjuangkan hal yang menurutnya tidak terlalu besar dampaknya bagi grup mereka.
Beberapa alasan spesifik yang membuat Slank enggan terjun langsung adalah:
Meskipun memilih tidak terlibat langsung, Slank tidak menutup mata terhadap pentingnya pembenahan tata kelola musik di tanah air. Bimbim mengakui bahwa industri musik Indonesia masih menyimpan banyak pekerjaan rumah, salah satunya terkait sistem distribusi royalti yang adil dan transparan. Menurutnya, hal tersebut memang harus menjadi perhatian utama pihak-pihak yang kini sedang berjuang di jalurnya masing-masing.
Slank menaruh harapan besar agar perjuangan yang dilakukan oleh kedua kubu dapat menghasilkan tata kelola musik yang lebih teratur. Mereka percaya bahwa langkah ini akan berdampak positif bagi musisi generasi muda yang masih mengandalkan royalti sebagai salah satu sumber penghasilan penting. Dengan perbaikan sistem, ke depan diharapkan tidak ada lagi polemik berkepanjangan mengenai hak cipta maupun pembagian royalti.
Beberapa aspek yang menurut Slank perlu dibenahi dalam tata kelola musik Indonesia meliputi:
Dalam pernyataannya, Slank tetap memberikan dukungan moral kepada semua pihak yang saat ini berjuang memperbaiki sistem royalti. Mereka tidak menolak perubahan, hanya saja memilih untuk tidak masuk dalam perdebatan kubu. Bimbim menekankan bahwa apapun hasil dari polemik ini, yang terpenting adalah manfaat yang dirasakan seluruh musisi Indonesia, bukan hanya segelintir nama besar.
Slank sendiri lebih memilih fokus pada karya dan perjalanan bermusik mereka. Dengan reputasi yang sudah terbentuk sejak lama, mereka merasa memiliki tanggung jawab moral untuk terus berkarya tanpa terjebak pada pertikaian yang bisa menguras energi. Namun, mereka tetap berharap agar pembenahan yang dilakukan bisa membawa industri musik nasional ke arah yang lebih sehat, transparan, dan menjanjikan bagi semua pelaku seni.
Simak Juga : Fashion Stylish Musim Hujan dengan SPayLater Festival